Program Belajar Kaidah Bahasa Arab 1 Bulan
Bismillah. Alhamdulillah pada kesempatan ini kita berjumpa kembali dalam seri pelajaran jarak jauh dengan materi ilmu kaidah bahasa arab. Pada bagian sebelumnya telah dibahas seputar isim-isim yang harus dibaca majrur. Pada kesempatan ini akan kami lanjutkan dengan membahas isim-isim yang I’robnya dibaca mengikuti I’rob isim yang diikuti. Kelompok ini disebut dengan istilah tawabi’.
Tawabi’ atau bentuk jamak dari tabi’ artinya pengikut. Dalam kelompok tawabi’ ini ada empat macam jabatan kata, yaitu na’at atau shifat, ‘athaf, taukid, dan badal. Na’at atau shifat adalah isim yang mensifati isim sebelumnya. Misalnya كتاب جديد ‘kitaabun jadiidun’ artinya ‘kitab yang baru’, kata ‘jadiidun’ ia disebut sebagai na’at atau shifat bagi kata ‘kitaab’. Apabila yang disifati marfu’ maka sifatnya juga marfu’. Apabila yang disifati manshub maka sifatnya juga manshub, dst.
Contoh lain رجل صالح ‘rojulun shoolihun’ artinya ‘lelaki yang salih’. Kata ‘shoolihun’ dibaca marfu’ sebagai sifat bagi kata ‘rojulun’. Karena yang disifati nakiroh (umum, masih tanwin) maka sifatnya juga nakiroh; sama-sama masih umum, dalam keadaan tanwin. Apabila yang disifati ma’rifah –misalnya ada alif lam, sudah tertentu- maka sifatnya juga mengikuti. Misalnya الرجل الصالح ‘ar-rajulu ash-shaalihu’ di sini sifatnya adalah ash-shaalihu ia berupa isim ma’rifat karena yang disifati juga ma’rifat.
Adapun ‘athaf maksudnya adalah isim yang terletak setelah huruf ‘athaf atau kata sambung. Misalnya الكتاب والقلم ‘al-kitaabu wal qalamu’ artinya ‘buku dan pena’. Di dalam contoh ini kata al-qalam dibaca mnarfu’ dengan akhiran dhommah karena ia mengikuti kata sebelumnya yaitu al-kitaabu disebabkan adanya huruf ‘athaf yaitu kata ‘wa’ yang artinya ‘dan’, nah, inilah yang disebut sebagai huruf ‘athaf. Isim yang terletak setelah huruf ‘athaf I’robnya mengikuti isim sebelumm huruf ‘athaf.
Contoh lainnya adalah بيت أو مسجد ‘baitun au masjidun’ artinya ‘rumah atau masjid’. Di sini ada huruf athaf yaitu kata ‘au’ artinya ‘atau’. Oleh sebab itu kata yang terletak setelah huruf ‘athaf ini dibaca marfu’ mengikuti kata sebelumnya. Sehingga kedua-duanya dibaca marfu’. Dengan demikian tidak boleh dibaca menjadi بيت أو مسجداً ‘baitun au masjjidan’ atau بيت أو مسجد ‘baitun au masjidin’; karena yang setelah huruf ‘athaf harus mengikuti I’rob kata yang terletak sebelum huruf ‘athaf.
Contoh lain misalnya kalimat yang berbunyi رأيت بيتاً أو مسجداً ‘ro’aitu baitan au masjidan’ artinya ‘aku melihat rumah atau masjid’ (ragu-ragu). Di sini kata ‘masjidan’ dibaca manshub karena mengikuti kata sebelum ‘au’ yaitu kata ‘baitan’. Intinya kata yang sesudah huruf ‘athaf dibaca mengikuti I’rob kata sebelumnya. Oleh sebab itu tidak boleh kalimat itu diubah menjadi رأيت بيتاً أو مسجد ‘ro’aitu baitan au masjidun’ atau رأيت بيتاً أو مسجد ‘ro’aitu baitan au masjidin’; karena antara kata sesudah huruf athaf dan sebelumnya harus sama I’robnya.
Demikian pembahasan singkat yang kita bicarakan dalam kesmepatan ini. Semoga bermanfaat bagi segenap kaum muslimin dimana pun berada. Segala puji bagi Allah Rabb seru sekalian alam.
Unduh materi dari sini : belajar-16